The Fed dkk Beri Sinyal Mengendur, Takut Resesi Parah?
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga lagi pada Kamis (3/11/2022). Bank sentral paling powerful di dunia ini menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Tetapi, ada sedikit sinyal jika ke depannya kenaikan suku bunga kemungkinan tidak akan agresif lagi. The Fed menyatakan dalam menentukan kenaikan suku bunga ke depannya akan memperhitungkan seberapa besar kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan, efeknya terhadap kegiatan ekonomi dan inflasi, serta perkembangan kondisi perekonomian dan finansial. Artinya, ke depannya jika inflasi mulai melandai, maka The Fed kemungkinan akan mengurangi agresivitasnya. Tetapi untuk perekonomian, ketua The Fed Jerome Powell dan kolega bisa jadi akan melihat seberapa parah kemerosotan yang akan dialami. Cara cepat menurunkan inflasi adalah dengan membawa perekonomian memasuki resesi. Saat resesi, demand pull inflation tentunya akan menurun sebab masyarakat akan mengurangi belanjanya. Hal ini lah yang dilakukan bank sentral di dunia saat ini, sangat agresif menaikkan suku bunga, walaupun resesi taruhannya. Kontraksi ekonomi akan lebih baik ketimbang inflasi tinggi yang berkepanjangan. Ketika resesi terjadi dan inflasi akhirnya menurun, maka kebijakan moneter bisa perlahan dilonggarkan guna memacu kembali perekonomian. Hal tersebut akan lebih mudah dilakukan ketimbang menghadapi inflasi yang "mendarah daging". Namun, ada indikasi beberapa bank sentral tidak ingin mengalami resesi yang terlalu dalam akibat suku bunga tinggi. Bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) sudah secara gamblang menyebutkan hal tersebut. The Fed dan BoC menjadi dua bank sentral yang paling agresif menaikkan suku bunga, dilihat dari besarnya persentase kenaikan. Hingga saat ini, BoC tercatat sudah ada 6 kali kenaikan, bahkan pada Juli lalu sebesar 100 basis poin dan September 75 basis poin. Kenaikan terakhir dilakukan Rabu (26/11/2022) lalu sebesar 50 basis poin. Yang menarik, BoC menaikkan suku bunga di bawah ekspektasi pasar sebesar 75 basis poin. BoC bahkan mengatakan, periode kenaikan suku bunga sebentar lagi akan berakhir, sebab perekonomiannya diperkirakan akan stagnan dalam 3 kuartal ke depan. "Periode pengetatan moneter hampir selesai. Kita sudah dekat, tetapi belum sampai," kata Gubernur BoC, Tiff Macklem, dalam konferensi pers sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (26/10/2022). Macklem mengatakan seberapa tinggi suku bunga akan tergantung dari dampak yang diberikan, seberapa besar kebijakan moneter mampu meredam demand, bagaimana masalah supply diselesaikan serta inflasi dan ekspektasi inflasi merespon kebijakan tersebut. "Kami memperkirakan suku bunga akan kembali dinaikkan. Itu berarti bisa lebih besar dari kenaikan normal, atau bisa juga dengan kenaikan normal 25 basis poin," ujar Macklem. Sebelum BoC, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sudah lebih dulu mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada Oktober lalu, padahal sebelumnya diperkirakan akan mengerek 50 basis poin. Salah satu yang dilihat RBA adalah kenaikan suku bunga kredit yang akan membebani warga Australia. Bahkan, banyak warga diperkirakan akan menjual rumahnya akibat kenaikan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tajam. Berdasarkan data dari RateCity, sebagaimana dikutip Guardian, setiap kenaikan suku bunga sebesar 100 basis poin, akan menambah AU$ 300 untuk pembayaran KPR dengan tenor 25 tahun. RBA mulai menaikkan suku bunga sejak Mei lalu, hingga Oktober tercatat sudah 250 basis poin. Berdasarkan catatan RateCity, pembayaran KPR dengan pagu AU$ 500.000 mengalami lonjakan sebesar AU$ 687. Di bulan ini, RBA kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,85%, begitu juga dengan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE). BaoE juga memberikan sinyal akan mengendurkan kenaikan suku bunganya. https://www.cnbcindonesia.com/market/20221104073055-17-385081/the-fed-dkk-beri-sinyal-mengendur-takut-resesi-parah