Ini Dia Pengembang Properti dengan Market Cap Terbesar di Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2023 tinggal hitungan jam, menyisakan 2022 yang sarat catatan menarik sekaligus memberikan harapan, bahwa sektor properti menunjukkan pemulihan signifikan. Sejumlah pengembang berlomba-lomba merilis proyek baru untuk berbagai segmen sasaran mulai dari kelas mewah hingga subsidi.
Hal ini tentu saja, demi memperlihatkan kepada publik, bahwa sektor yang berdampak ganda pada 174 industri ini telah kembali mendapatkan kepercayaan pasar.
Namun, dari sekian banyak pengembang, hanya ada lima yang menorehkan kinerja meyakinkan. Nama-nama besar ini melanjutkan dominasinya seperti catatan pada tahun-tahun sebelumnya. Siapakah mereka?
Kompas.com melakukan pemeringkatan pengembang berdasarkan market capitalization (market cap) atau kapitalisasi pasar.
Kapitalisasi pasar adalah salah satu indikator kinerja saham yang berkaitan dengan fundamental sebuah perusahaan. Salah satu pertimbangan yang penting diperhitungkan investor sebelum membeli sebuah saham yakni besar kecilnya nilai market cap. Dilansir dari Investopedia, market cap adalah nilai keseluruhan pasar secara agregat dari sebuah perusahaan. Perhitungan kapitalisasi pasar berdasarkan pada total pengalian dari jumlah outstanding saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar saham.
Biasanya, market cap digunakan oleh investor untuk mengukur kualitas perusahaan. Bagi investor, market cap adalah parameter yang menunjukkan seberapa besar ukuran perusahaan. Semakin besar market cap, kian besar pula nilainya bagi perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di publik.
Berikut lima besar pengembang properti berdasarkan market cap per 30 Desember 2022:
1. PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) Perusahaan ini mencatat kapitalisasi pasar Rp 34,85 triliun. Sementara revenue-nya senilai Rp 1,79 triliun dan income sebesar Rp 642,25 miliar. MKPI memiliki bisnis properti yang ditopang persewaan (recurring) dan penjualan (development) untuk kategori residensial dan komersial. Bisnis penjualan properti meliputi townhouse, dan apartemen strata title yang tersebar di Jakarta, Tangerang, dan Pulau Batam. Portofolionya meliputi Pondok Indah Mall (PIM 1-3), Apartemen Pondok Indah Golf (PIGA), Pondok Indah Office Tower (PIOT), Pondok Indah Office Park (PIOP) dan Service Residence Pondok Indah (SRPI). Perseroan juga memiliki usaha perhotelan melalui anak usahanya PT Hotel Pondok Indah yang dioperasikan menggunakan jaringan Intercontinental Hotel Group (IHG). Anak perusahaannya termasuk PT Bumi Shangril La Jaya dan PT Pondok Indah Investment.
2. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Alexander Tedja membidani kelahiran perusahaan ini hingga mampu mencetak market cap sebesar Rp 21,77 triliun. Pendapatan per 30 Desember 2022 mencapai Rp 6,42 triliun dengan net income Rp 1,85 triliun. PWON beroperasi dalam lima segmen yakni perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen servis, perumahan, dan perhotelan. Portofolionya mencakup sembilan pusat perbelanjaan yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Solo; enam perkantoran, yaitu Gandaria 8 Office, Kota Kasablanka Tower A dan B, dan Pakuwon Tower di Jakarta, serta Pakuwon Tower dan Pakuwon Center di superblok Tunjungan Plaza, Surabaya. Kemudian dua apartemen servis yakni Ascott Waterplace Surabaya dan Somerset Berlian Jakarta. Selanjutnya segmen perhotelan yang meliputi Sheraton Surabaya Hotel and Towers, Four Points, Sheraton Grand Jakarta Gandaria City, The Westin Surabaya Hotel dan Marriott Hotel Yogyakarta. Ada pun apartemen strata mencakup dua menara Gandaria Heights, empat menara Casa Grande dan lain-lain.
3. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) Perusahaan yang dirintis Muktar Widjaya ini mencatat market cap Rp 19,69 triliun. Tak seperti MKPI, revenue BSDE tercatat sebesar Rp 9,36 triliun dengan net income Rp 1,34 triliun. Untuk diketahui, BSDE fokus mengembangkan kota baru yang mencakup kawasan hunian terintegrasi, dengan infrastruktur, fasilitas lingkungan, dan taman. Di antaranya adalah BSD City, Kota Wisata, Grand Wisata, Wisata Bukit Mas, Legenda Wisata, Kota Deltamas, Balikpapan Baru, Grand City Balikpapan, dan Nuvasa Bay. Dilansir dari Financial Times, segmen bisnis properti Perusahaan ini meliputi residensial, komersial, manajemen aset, ritel, dan perhotelan melalui sejumlah anak perusahaan. Sebut saja PT Bumi Indah Asri, PT Bumi Karawang Damai, Global Prime Capital Pte. Ltd., PT Kanaka Grahaasri, PT Kanaka Grahaasri, PT Putra Prabukarya, PT Bintaro Serpong Damai, PT Duta Dharma Sinarmas, dan PT Duta Karya Propertindo. Kemudian PT Duta Mitra Mas, PT Duta Pertiwi Tbk, PT Mustika Karya Sejati, PT Garwita Sentra Utama, PT Grahadipta Wisesa, Global Prime Capital Pte. Ltd., PT Indonesia International Expo dan PT Indonesia International Graha.
4. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Perusahaan yang kini dikendalikan generasi kedua, Candra Ciputra, ini mencatat kapitalisasi pasar senilai Rp Rp Rp 17,54 triliun. Adapun revenue-nya mencapai Rp 10,31 triliun dengan net incme Rp 2,25 triliun. CTRA bergerak di bidang perumahan sebagai bisnis intinya dalam pengembangan kawasan terpadu, kemudian tempat rekreasi, kawasan industri, perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, apartemen, lapangan golf, dan lain-lain. Portofolionya antara lain: CitraRaya Cikupa, Ciputra World 1 Jakarta, Ciputra World 2 Jakarta, Ciputra World Surabaya, CitraLand City Surabaya, CitraLand City Losari, dan lain sebagainya.
5. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Perusahaan yang dirintis oleh Sutjipto Nagaria ini mencetak kapitalisasi pasar senilai Rp 10,07 triliun. Sementara revenue mencapai Rp 5,99 triliun dan net income Rp 462,9 miliar. Untuk diketahui, bisnis SMRA meliputi pengembangan properti, properti investasi, perhotelan, dan manajemen properti. Hingga saat ini SMRA telah mengembangkan beberapa kota mandiri terintegrasi, antara lain Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, Summarecon Bekasi, Summarecon Bandung, Summarecon Karawang, Summarecon Makassar, Summarecon Bogor, dan Summarecon Crown Gading.