Canggih! Pengembang Ini Pakai AI buat Lacak Jalan Rusak
Jakarta - Berkembangnya teknologi tentu dapat membantu berbagai aspek kehidupan, salah satunya sektor properti. Siapa sangka, pengembangan Artificial Intelligence (AI) juga bisa digunakan untuk sektor properti, salah satunya perbaikan jalan. Hal tersebut dilakukan oleh pengembang properti Sinar Mas Land. CTO Sinar Mas Land, Mulyawan Gani menuturkan pihaknya menggunakan teknologi generative AI untuk mengetahui jalan-jalan di mana saja, khususnya kawasan BSD City yang perlu perbaikan.
"Yang menarik lagi, penggunaan gen AI untuk melihat keretakan jalan. Jadi kalau kita bikin jalan, sudah selesai diaspal, mau nggak mau pasti ada jalan yang retak, jalan bolong dan segala macamnya," tuturnya dalam acara Sinar Mas Land 'Tech Media Workshop' di Green Office Park 9, BSD, Tangerang Selatan, Kamis (16/11/2023).
Menurut Gani, terkadang masyarakat atau penduduk sekitar suka lupa untuk melakukan komplain terkait jalan tersebut. Pun jika sudah melaporkan, untuk menentukan posisi persis jalanan yang rusak cukup sulit.
Nah, salah satu inovasi yang dilakukan pihak Sinar Mas Land adalah dengan memasang kamera pada shuttle bus yang ada di BSD City. Dengan bantuan AI, gambar yang terekam di kamera bus tersebut dapat diterjemahkan menjadi teks.
"Jadi ini contoh dari mobil inspektur kita yang patroli dipasang kamera dan kamera ini akan live streaming sepanjang rute mereka dan secara teknologi akhirnya mereka mendeteksi pakai AI posisi-posisi segala macam lubang, retak jalan, itu di-record," ujar Gani.
Akan tetapi, ia tak memungkiri masih ada beberapa kendala dalam menggunakan teknologi tersebut. Salah satunya terkait dengan sinar matahari yang bisa menimbulkan bayangan pada jalan.
"Jadi AI perlu dilatih. Kalau kita beli barang AI, itu bukan seperti kita download apps ya. Ini orang-orang berpikir 'oh AI itu siap pakai, langsung download langsung pakai kayak Chat GPT' itu memang benar, tapi untuk keperluan korporasi seperti kita, di mana kita ada data security problem, kita mau data privacy, ini jadi kompleks di mana AI ini harus 'dijahit' salah satunya dengan melatih AI menjadi lebih pintar," paparnya.
Gani mengungkapkan, pihaknya menggunakan AI tidak untuk mendapatkan revenue atau penghasilan, tetapi untuk kepuasan konsumen dan penghuni BSD City. Hal itu juga termasuk untuk memperbaiki kinerja internal perusahaan.
"Dengan teknologi ini bisa dibayangkan penggunaannya jauh. Saya bisa betulin jalan dengan lebih cepat, saya bisa evaluasi kinerja kontraktor dengan lebih baik dan saya bisa dapat komplain atau masukkan di sekitar pengguna jalan tersebut," jelasnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga menggunakan AI untuk melihat titik-titik kemacetan di BSD City melalui sebuah aplikasi. Dengan demikian, para penduduk maupun pungunjung dapat terhindar dari kemacetan.
"Ke depannya kita juga lagi mau explore untuk mendeteksi membedakan daun kering dan sampah plastik," ungkapnya.
Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah mitra pekerja yang membersihkan jalan-jalan di sekitar BSD City.
Sementara itu, Gani mengungkapkan pada kuartal-III 2024 pihaknya akan membuat suatu tempat atau database ke penghuni BSD City. Harapannya, para penghuni maupun developer atau coder di BSD City dapat menggunakan data yang dikeluarkan Sinar Mas Land untuk membuat aplikasi yang berguna bagi penduduk setempat, contohnya seperti cara mendeteksi keadaan darurat atau melihat jadwal kereta dengan shuttle bus.
"Bisa dibayangkan di mana kita akan memberikan beberapa data-data publik seperti jadwal BSD Link (shuttle bus) di mana kita harapkan teman-teman mahasiswa, residence atau mungkin anak-anak sekolah 'kalau saya menggabungkan data BSD Link dan data kereta api, misalnya, gimana caranya menghitung headway', misalnya mau ke Jakarta, dia bisa ke aplikasinya yang nggak dibuat Sinar Mas Land tapi dibuat oleh residence-nya yang mengambil informasinya dari kita," tuturnya.
Gani pun mengungkapkan, untuk mengembangkan teknologi AI ini cukup besar. Sebab, yang dikembangkan tidak hanya sistemnya saja tetapi seluruh komponen yang ada di dalamnya.
"Kalau bicara investasi AI berarti ada sensornya ada segala macam, contohnya seperti smart building kita. 'Smart'nya, untuk membuat gedung itu 'smart' di dalam satu gedung aja sekitar Rp 25-40 miliar. Itu angkanya mungkin lebih dari 10% gedungnya sendiri," ungkapnya.
"Kalau komitmen kita, untuk membuat kota itu pintar, mungkin angkanya sekitar Rp 300-400 miliar per tahun karena ini investasinya besar. Karena yang dibutuhkan bukan hanya 'otak'nya, engine-nya. Kalau engine kebetulan kita partnership dengan Microsoft jadi engine-nya kita dibantu, tapi yang jadi pertanyaan bagaimana 'otak' ini bisa menyerap inforasinya? Berarti perlu IoT-nya, sensornya, dashboardnya, nah itu yang membuat investasi kelihatannya besar," pungkasnya.